Cara Pandang

>> 12.14.2010

By. Roni Yuzirman

Beberapa hari lalu saya iseng-iseng mendengar radio Elshinta yang isinya orang berbicara sepanjang hari. Tanpa musik sama sekali.

Radio ini adalah radio berita yang terdepan memberitakan apa pun di Indonesia. Borok-borok Indonesia juga semua tumpah ruah di sini.

Di malam hari ada acara opini dari pendengar mengenai topik yang sedang hangat di Indonesia seperti korupsi, bencana, pertentangan SBY dengan Sultan dan sebagainya.

Saya coba dengarkan bagaimana suara “rakyat” Indonesia di radio ini.

Sebagian besar pesimis dengan Indonesia. Tidak usah saya sebutkan satu persatu. Kata “pesimis” itu cukup mewakili.

Bahkan ada pendengar yang meminta Tuhan untuk melaknat bangsa ini agar jera dari segala perbuatannya. Ia ingin bangsa ini dihancurkan saja dan digantikan dengan bangsa lain yang lebih baik. Seperti masa nabi dulu.

Ada lagi yang mengusulkan “potong satu generasi” untuk membersihkan bangsa ini dari anasir-anasir negatif yang masih bercokol menggerogoti bangsa ini.

Tadi malam saya menghadiri undangan ISMBEA, sebuah ajang penghargaan untuk wirausahaan dan UKM oleh majalah Wirausaha dan Keuangan.

Di sana saya berkenalan dengan orang-orang yang luar biasa memandang masa depan Indonesia.

Saya berkenalan dengan Harun Arasid. Tidak ada yang kenal kan?

Ia adalah anak petani miskin dan tak bersekolah tapi sekarang punya 300 jaringan outlet King Furniture di seluruh Indonesia.

“Saya juga lagi membangun 75 vila di Anyer, Pak”, ujarnya.

Saya bertemu Mas Mono, pemilik ayam bakar yang banyak digemari itu. Setelah “go franchise” jumlah outletnya bertambah 20 cabang.

“Ada seorang pengusaha dari Surabaya yang beli sekaligus 50 cabang, Pak”, tutur mantan office boy ini kepada saya.

Ada kesamaaan dari mereka yang di Elshinta dan ISMBEA ini. Mereka sama-sama dari grass root, tapi dengan cara pandang berbeda terhadap Indonesia.

Dua orang berbeda melongok ke luar jendela dan menemukan 2 hal berbeda. Satu orang melihat ke bawah dan menemukan lumpur pekat, satunya lagi melihat ke atas dan melihat langit biru yang cerah.

Tidak ada yang salah di antara kedua mereka. Dua-duanya benar. Yang membedakan cuma cara pandang saja. Tindakan yang mengikuti cara pandang tersebut pastinya berbeda.

Satu orang berbeda melihat Indonesia ini dengan pesimis dengan segala permasalahannya, satu orang lagi melihat peluang di balik fakta bahwa Indonesia sebentar lagi mencapai milestone baru, pendapatan per kapita USD 3.000.

0 komentar:

  © Blogger template Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP